Manajemen Berbasis Sekolah
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Manajemen Berbasis Sekolah
Pengertian
manajemen menurutHasibuan merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu. Definisis manajemen tersebut menjelaskan pada kita
bahwa untuk mencapai tujuan tertentu, maka kita tidak bergerak sendiri, tetapi
membutuhkan kerja sama dengan orang lain.
Berdasarkan
fungsi pokoknya, istilah manajemen dan administrasi mempunyai fungsi yang sama,
yaitu : merencanakan (planning), mengorganisasikan (organising), mengarahkan
(directing), mengkoordinasikan (coordinating), mengawasi (controlling), dan
mengevaluasi (evaluation).
Menurut
Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajemen pendidikan mengandung arti sebagai
suatu proses kerjasama yang sistematik, sistemik, dan kompherensif dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Istilah
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari “School based Management”.
MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) merupakan paradigma baru pendidikan, yang
memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam
kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Menurut
Edmond yang dikutip Suryosubroto merupakan alternatif baru dalam pengelolaan
pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreativitasan sekolah.
Nurcholis mengatakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan bentuk
alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan.
Secara
umum, Manajemen Peningkatan Berbasis Sekolah dapat diartikan sebagaimodel
manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong
pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga
sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa, dan masyarakat)
untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Manajemen
sekolah seringkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Dalam hal
ini, istilah manajemen diartikan sama dengan istilah administrasi atau
pengelolaan, yaitu segala usaha bersama untuk mendayagunakan sumber-sumbar,
baik personal maupun material, secara efektif dan efisien guna menunjang
tercapainya tujuan pendidikan disekolah secara optimal.
B.
Karakteristik
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen berbasis sekolah memiliki karateristik
yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan menerapkannya. Dengan kata lain,
jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS),
Sejumlah karakteristik MBS tersebut harus dimiliki. Jika MBS merupakan wadah/kerangka,
sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena itu karakteristik MBS memuat
secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif yang dikategorikan menjadi input,
proses, dan output.
1.
Output yang diharapkan
Sekolah
tentu memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi sekolah
yang dihasilkan melalui proses pembelajaran dan manajemen disekolah. Pada
umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu : output berupa
prestasi akademik (academic achivement) dan output yang berupa prestasi non
akademik (nonacademic achievement). Output prestasi akademik misalnya :
NUAN/NUNAS, Lomba Krya Ilmiah Remaja, lomba (Bahasa inggris, Matematika,
Fisika, dll), cara berfikir (kritis, kreatif divergen, nalar, rasional,
induktif, deduktif dan ilmiah). Output non akademik misalnya : akhlak/budi
pekerti, dan perilaku sosial yang baik seperti kejujuran, rasa kasih sayang
yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan,
kerajinan, prestasi olahraga, kesenian dan kepramukaan.
2.
Proses
Sekolah
yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses sebagai
berikut :
a. Proses
belajar mengajar dengan efektivitas yang tinggi
Sekolah
yang menerapkan MBS memiliki efektifitas proses belajar mengajar (PBM) yang
tinggi. Hal ini ditunjukan olah sifat PBM yang menekankan pada pemberdayaan
peserta didik. PBM bukan sekedar memorisasi dan recall atau penekan pada
penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos), tetapi lebih
menkankan pada internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan
berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati (ethos) serta dipraktikan dalam
kehidupan sehari-hari oleh peserta didik (phatos). Belajar yang efektif mengacu
kepada :
· Learning to know
yaitu belajar untuk mengetahui
· Learning to do
yaitubelajar untuk melakukan
· Learning to live together
yaitu belajar untuk bermasyarakat
· Learning to be
yaitu belajar tentang apa yang bisa dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari
· Learning to religi
yaitu belajar untuk memahami agama.
Dengan demikian, belajar
akan memiliki efektifitas yang tinggi.
b. Kepemimpinan
sekolah yang kuat
Pada
sekolah yang menetapkan MBS, Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam
mengoordinasikan, menggerakan, dan menyeraskan semua sumber daya pendidikan
yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang
dapat mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran
sekolahnya melalui program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.
Oleh
karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif prakarsa
untuk meningkatkan mutu sekolah. Secara umum, kepala sekolah yang tangguh
memiliki kemampuan memobilisasi sumber daya sekolah terutama sumber daya
manusia untuk mencapai tujuan sekolah.
c. Lingkungan
sekolah yang aman dan tertib
Sekolah
dengan MBS memiliki lingkungan sekolah yang aman dan tertib. Sekolah memilki
lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga proses
belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman. Karena itu, sekolah yang
efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman, nyaman dan tertib melalui
pengupayaan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan iklim tersebut. Dalam hal ini
kepala sekolah memegang peranan yang sangat penting.
d. Pengelolaan
tenaga kependidikan yang efektif
Sekolah dengan SBM memiliki pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. Tenaga
kependidikan, terutama guru merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah hanyalah
merupakan wadah dan sekolah yang menerapkan MBS menyadari tentang hal ini. Oleh
karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari analisa kebutuhan,
perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga imbal jasa
merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah.
Pada pengembangan
tenaga kependidikan, hal tersebut harus dilaksanakan secara terus menerus
mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesat. Tenaga
kependidikan yang diperlukan untuk menyukseskan MBS adalah tenaga kependidikan
yang mempunyai komitmen tinggi dan selalu mampu dan sanggup menjalankan
tugasnya dengan baik.
e.
Sekolah Memiliki Budaya Mutu
Sekolah MBS memiliki budaya mutu yang memiliki elemn-elemen sebagai
berikut: (a) informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk
mengadili/mengontrol orang; (b) kewenangan harus sebatas pada tanggungjawab;
(c) hasil harus diikuti penghargaan (rewards)
atau sanksi (punishment); (d)
kolaborasi dan sinergi, bukan kompetisi, harus menjadi basis untuk kerjasama;
(e) warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya; (f) atmosfir keadilan (fairness) harus ditanamkan; (g) imbal
jasa harus sepadan dengan nilai pekerjaannya; dan (h) warga sekolah merasa
memiliki sekolah.
f.
Sekolah Memiliki Teamwork yang Kompak, Cerdas, dan
Dinamis
Sekolah dengan MBS memiliki Team work. Team Work merupakan karakteristik
yang dituntut oleh MBS, karena output pendidikan
merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil individual. Uraian dari team work itu sendiri
adalah : t = together (bersama), e= empathy (peduli), a= assist (saling
membantu), m= maturity, w= willingnes (sukarela), o= organisation
(pengorganisasian), r= respect, k= kidness
(ramah).
g.
Sekolah
Memiliki Kewenangan (Kemandirian)
Sekolah dengan MBS memiliki ewenangan sekolah yaitu melaksanakan yang
terbaik bagi sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan
kesanggupan kerja yang baik. Untuk menjadi mandiri sekolah harus memiliki
sumber daya yang cukup untuk menjalankan tuganya.
h.
Partisipasi
yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki
karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan masyarakat merupakan bagian
kehidupannya. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa makin tinggi tingkat
partisipasi, makin besar rasa memiliki; makin besar pula rasa tanggung jawab,
makin besar pula tingkat dedikasinya.
i.
Sekolah
Memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen
Keterbukaan/transparansi dalam
pengelolaan sekolah merupakan karakteristik sekolah yang menerapkan MBS.
Keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam pengambilan keputusan,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagainya yang
selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.
j.
Sekolah
Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologi dan Fisik)
Perubahan harus merupakan sesuatu
yang menyenangkan bagi semua warga sekolah. Sebaliknya, kemapanan merupakan
musuh sekolah. Tentu saja yang dimaksud dengan perubahan adalah peningkatan,
baik bersifat fisik maupun psikologis. Artinya, setiap perubahan dilakukan, hasilnya
diharapkan lebih baik dari sebelumnya (ada peningkatan) terutama mutu peserta
didik.
k.
Sekolah
Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan
Sekolah
dengan MBS selalu melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. Evaluasi
belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat daya
serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana
memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, fungsi
evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu peserta didik
dan mutu sekolah secara keseluruhan dan terus menerus.
Perbaikan secara terus-menerus harus
menjadi kebiasaan warga sekolah. Tiada hari tanpa perbaikan. Oleh karena itu,
harus ada sistem mutu yang baku sebagai acuan bagi perbaikan. Sistem mutu yang
dimaksud harus mencakup struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses,
dan sumberdaya untuk menerapkan manajemen mutu.
l.
Sekolah
Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
Sekolah selalu tanggap/responsif
terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu. Oleh karena itu,
sekolah harus selalu dapat membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat
dan tepat. Sekolah dituntut untuk tidak hanya mampu menyesuaikan diri terhadap
perubahan/tuntutan, akan tetapi juga mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin
akan terjadi. Menjemput bola adalah padanan kata yang tepat bagi istilah
antisipatif.
m. Memiliki
Komunikasi yang Baik
Sekolah dengan MBS memiliki komunikasi
yang baik, terutama antar warga sekolah dan juga antara sekolah dan masyarakat
sehingga kegiatan yang dilakukan oleh tiap-tiap warga sekolah dapat diketahui.
Dengan cara seperti ini, keterpaduan semua kegiatan sekolah dapat diupayakan
untuk mencapai tujuan dan sasaran sekolah yang telah dipatok. Selain itu,
komunikasi yang baik juga akan membentuk teamwork
yang kuat, kompak, dan cerdas sehingga berbagai kegiatan sekolah dapat
dilakukan secara merata oleh warga sekolah.
n.
Sekolah
Memiliki Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah
terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini
berbentuk laporan prestasi yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah,
orangtua siswa, dan masyarakat. Berdasarkan laporan hasil program tersebut,
pemerintah dapat menilai apakah program MBS telah mencapai tujuan yang
dikehendaki atau tidak.
Jika berhasil, pemerintah perlu memberikan penghargaan kepada sekolah yang
bersangkutan sehingga dapat menjadi faktor pendorong untuk terus meningkatkan
kinerjanya di masa yang akan datang. Akan tetapi, jika program tidak berhasil,
pemerintah perlu memberikan teguran sebagai hukuman atas kinerjanya yang
dianggap tidak memenuhi syarat. Demikian pula, para orangtua siswa dan anggota
masyarakat dapat memberikan penilaian apakah program ini dapat meningkatkan
prestasi anaknya secara individual dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
Apabila hal ini berhasil dilakukan, orangtua peserta didik perlu memberikan
semangat dan dorongan untuk peningkatan program yang akan datang. Akan tetapi,
jika program tersebut kurang berhasil, orangtua siswa dan masyarakat berhak
meminta pertanggungjawaban dan penjelasan sekolah atas kegagalan program MBS
yang telah dilakukan. Dengan cara seperti ini, sekolah tidak akan main-main
dalam melaksanakan program pada tahun-tahun yang akan datang.
o.
Manajemen
Lingkungan Hidup Sekolah Baik\
Sekolah efektif melaksanakan manajemen lingkungan hidup sekolah secara
efektif. Sekolah memiliki perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengoordinasian, dan pengevaluasian pendidikan kecakapan hidup (program
adiwiyata) yang dikembangkan secara terus menerus dari waktu ke waktu. Sekolah
melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan
kesadaran warga sekolah tentang nilai-nilai lingkungan hidup dan mampu mengubah
perilaku dan sikap warga sekolah untuk menuju lingkungan hidup yang sehat.
p.
Sekolah
Memiliki Kemampuan Menjaga Sustainabilitas
Sekolah yang efektif juga memiliki kemampuan untuk menjaga kelangsungan
hidupnya (sustainabilitas), baik dalam program maupun pendanaannya.
Sustainabilitas program dapat dilihat dari berkelanjutan program-program yang
telah dirintis sebelumnya dan bahkan berkembang menjadi program-program baru
yang belum pernah ada sebelumnya.
Sustainabilitas pendanaan dapat ditunjukkan oleh kemampuan sekolah dalam
mempertahankan besarnya dana yang dimiliki dan bahkan makin besar jumlahnya.
Sekolah memiliki kemampuan menggali sumberdana dari masyarakat, dan tidak
sepenuhnya menggantungkan subsidi dari pemerintah bagi sekolah-sekolah negeri.
3.
Input Pendidikan
a.
Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang
Jelas
Secara
formal, sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan kebijakan, tujuan,
dan sasaran sekolah yang berkaitan dengan mutu. Kebijakan, tujuan, dan sasaran
mutu tersebut dinyatakan oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada semua
warga sekolah sehingga tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai
pada kepemilikan karakter mutu oleh warga sekolah.
b.
Sumberdaya
Tersedia dan Siap
Sumberdaya
merupakan input penting yang
diperlukan untuk kelangsungan proses pendidikan di sekolah. Tanpa sumberdaya
yang memadai, proses pendidikan di sekolah tidak akan berlangsung secara
memadai dan pada akhirnya sasaran sekolah tidak akan tercapai. Sumberdaya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya
(uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dan sebagainya) dengan penegasan bahwa
sumberdaya selebihnya tidak mempunyai arti apapun bagi perwujudan sasaran
sekolah tanpa campur tangan sumber daya manusia. Secara umum, sekolah yang
menerapkan MBS harus memiliki tingkat kesiapan sumberdaya yang memadai untuk
menjalankan proses pendidikan. Artinya, segala sumberdaya yang diperlukan untuk
menjalankan proses pendidikan harus tersedia dan dalam keadaan siap. Ini bukan
berarti bahwa sumberdaya yang ada harus mahal, tetapi sekolah yang bersangkutan
dapat memanfaatkan keberadaan sumberdaya yang ada dilingkungan sekolahnya. Oleh
karena itu, diperlukan kepala sekolah yang mampu memobilisasi sumberdaya yang
ada disekitarnya.
c.
Staf yang
Kompeten dan Berdedikasi Tinggi
Meskipun
pada butir (b) telah disinggung tentang ketersediaan dan kesiapan sumberdaya
manusia (staff), pada butir ini perlu ditekankan lagi karena staf merupakan
jiwa sekolah. Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki staf yang mampu
(kompeten) dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya. Implikasinya jelas,
yaitu bagi sekolah yang ingin memiliki efektivitas yang tinggi, kepemilikan
staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi merupakan suatu keharusan.
d.
Memiliki
Harapan Prestasi yang Tinggi
Sekolah yang
menerapkan MBS mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan
prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki komitmen dan
motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secara optimal. Guru
memiliki komitmen dan harapan yang tinggi bahwa anak didiknya dapat mencapai
tingkat prestasi yang maksimal, walaupun dengan segala keterbatasan sumberdaya
pendidikan yang ada di sekolah.
Peserta
didik juga mempunyai motivasi untuk selalu meningkatkan diri untuk berprestasi
sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Harapan terbesar dari ketiga unsur
sekolah ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sekolah selalu dinamis
untuk menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
e.
Fokus pada
Pelanggan (Khususnya Siswa)
Pelanggan,
terutama siswa, harus menjadi fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya, semua
input dan proses yang dikerahkan di
sekolah tujuan utamanya adalah meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik.
Konsekuensi logis dari semua hal tersebut adalah penyiapan input dan proses belajar mengajar harus benar-benar mewujudkan
sosok utuh mutu dan kepuasan yang diharapkan dari siswa.
f.
Input Manajemen
Sekolah yang
menerapkan MBS memiliki input
manajemen yang memadai untuk menjalankan roda sekolah. Kepala sekolah dalam
mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya
dengan efektif.
Input manajemen yang dimaksud meliputi:
tugas yang jelas, rencana yang rinci dan sistematis, program yang mendukung
bagi pelaksanaan rencana, ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai
panutan bagi warga sekolahnya untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian
mutu yang efektif dan efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang telah
disepakati dapat dicapai.
C.
Tujuan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Terdapat beberapa tujuan didalam Manajemen Berbasis
Sekolah, yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan
mutu pendidikan mealui kemandirian dan inisiatif sekoalh dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia
2. Meningkatkan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
melalui pengambilan keputusan bersama
3. Meningkatkan
tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah tentang mutu
sekolahnya, dan
4. Meningkatkan
kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Kewenangan
yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari Manajemen Berbasis Sekolah
merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektifitas tinggi
serta memberikan beberapa keuntungan, sebagai berikut :
1. Kebijaksanaan
dan kewenangan sekolah membewa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang
tua dan guru
2. Bertujuan
bagaimana memenfaatkan sumber daya lokal
3. Efektif
dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar,
tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah
4. Adanya
perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen
sekolah, rancangan ulang sekolah dan perubahan perencanaan.
D.
Manfaat
Manajemen Sekolah (MBS)
Manajemen Berbasis Sekolah memberikan beberapa
manfaat diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Dengan
kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat
lebih berkonsentrasi pada tugasnya
2. Keleluasaan
dalam mengelola sumber daya dan menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi,
mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajemen
maupun pemimpin sekolah
3. Guru
didorong/dituntut untuk berinovasi
4. \rasa
tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan
pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda