Strategi Pengembangan Kurikulum Pembelajaran
STRATEGI
PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Kurikulum adalah perangkat mata
pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan
perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap
jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan
lapangan kerja.
1. Tujuan
Kurikulum
Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran yang sangat penting,
sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun idealnya tujuan
tidak akan berhasil tanpa strategi. Strategi meliputi rencana metode dan
perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mecapai tujuan tertentu.
Menurut T. Rakjoni strategi pembelajaran merupakan pola dan urutan umum
perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
Dari dua pengertian diatas ada dua hal yang pelu diamati, yaitu:
v Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
tindakan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran. Alasan-alasan perlunya perencanaan strategi
mengajar:
a. Agar kurikulum yang direncanakan dapat mencapai tujuan
b. Agar pelajaran yang sama yang diberikan
oleh pendidik dilakukan secara konsisten
sehingga
tidak merugikan kelas tertentu.
c. Membantu guru memberi pelajaran yang efektif serta menarik dengan
menyediakan
sumber
belajar yang memadahi.
v Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Metode adalah upaya
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode juga digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dalam satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi berbeda
dengan metode. Strategi menunjuk pada a
plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something. Istilah
lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan ( approach ). Sebenarnya pendekatan
berbeda dengan strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killer (1998), ada
dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu:
·
Pendekatan
yang berpusat pada guru ( teacher
centered approaches )
·
Pendekatan
yang berpusat pada siswa ( student
centered approach ) Rowntree (1974), strategi pembelajaran dibagi atas:
·
Strategi Exposition dan Strategi Discovery Learning
·
Strategi Groups dan Individual Learning
Terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi pembelajaran, hal ini
tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan strategi pembelajaran
yang hendak dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah
penguasaan informasi-intelektual,–sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh
kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budaya ataupun keabadian,
maka strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru.
Guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai
pusat informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai
obyek yang secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru.Metode dan teknik
pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat penyajian (ekspositorik)
secara massal, seperti ceramah atau seminar.Selain itu, pembelajaran cenderung
lebih bersifattekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi
dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya
aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta
didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat
dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai
untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme
yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik
pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi
lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses dinamika kelompok
(kooperatif), seperti : pembelajaran moduler, obeservasi, simulasi atau role
playing, diskusi, dan sejenisnya.
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi.Peran guru hanya
sebagai fasilitator, motivator dan guider.Sebagai
fasilitator, guru berusaha menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang
kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk
mendorong dan menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan
belajar.Sedangkan sebagai guider, guru melakukan pembimbingan
dengan berusaha mengenal para peserta didiknya secara personal.
Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang
menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam
penentuan strategi pembelajaran. Meski masih bersifat penguasaan materi
atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi dalam pembelajaran
teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara
individual. Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk
belajar tanpa tatap muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau
media elektronik lainnya. Peran guru dalam pembelajaran teknologis lebih
cenderung sebagai director of learning, yang berupaya mengarahkan
dan mengatur peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai
dengan apa yang telah didesain sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan
strategi pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan
keunggulannya tersendiri.
Pertimbangan
pemilihan strategi pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya proses penambahan
informasi dan kemampuan baru. Ini sangat penting dipahami sebab apa yang harus
dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Komponen strategi
pembelajarn yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada
hasil pembelajarannya. Kondisi pembelajaran yang berbeda umpamanya,
karakteristik isi bidang studi dengan karakteristik siswa bis memiliki pengaruh
yang konsisten pada hasil pelajaran.
Berikut ini bebrapa pertimbangan yang digunakan sebagai pegangan untuk
memilih strategi pembelajaran dalam pengembangan kurikulum:
a.
Apakah
tujuan itu bersifat kognitif, afektif atau psikomotor?
b.
Apakah
tujuan banyak memrlukan reinforcement atau ulangan?
c.
Apakah
diperlukan partisipasi aktif dari siswa, secara individual, kelompok kecil,
atau kelompok
besar?
d.
Apakah
diperlukan ketrampilan mengenai proses penelitian ilmiah?
e.
Apakah
tersedia atau harus disediakan sumber-sumber pembelajaran?
f.
Apakah
strategi pembelajaran itu sesuai dengan asas kurikulum dan misi lembaga tersebut?
g.
Apakah
strategi pembelajaran itu cukup menguntungkan dari segi waktu, biaya, dan usaha yang diperlukan?
h.
Apakah diperlukan lebih dari satu strategi
untuk mencapai tujuan itu?
i.
Apakah
strategi sudah sesuai dengan gaya belajar siswa?
v Ketiga, adanya sumber mengajar, harus diusahakan pada tingkat pedoman
kurikulum. Pada tahap ini semua pendidik bersama-sama menyiapkan segala sumber
pembelajaran yang diperlukan.
2. Strategi
Pengembangan Kurikulum
Menurut T. Rakjoni strategi
pembelajaran merupakan pola dan urutan umum perbuatan guru-siswa dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Pegembangan
kurikulum meliputi empat langkah, yaitu merumuskan tujuan pembelajaran
(instructional objective), menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar ( selection
of learning experiences), mengorganisasi pengalaman-pegalaman belajar
(organization of learning experiences), dan mengevaluasi (evaluating).
a.
Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional
objective) Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang
pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah memahami tiga
sumber, yaitu siswa (source of student), masyarakat (source of society), dan
konten (source of content). Tahap kedua adalah merumuskan tentative general
objective atau standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi
(sociology), kemudian di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan
kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan (philosophy of learning) dan
psikologi belajar (psychology of learning), dan tahap terakhir adalah
merumuskan precise education atau kompetensi dasar (KD)
b.
Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman
Belajar ( selection of learning experiences) Dalam merumuskan dan menyeleksi
pengalaman-pengalaman belajar dalam pengembangan kurikulum harus memahami
definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar (psychology of
learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami atau
dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami siswa sebagai learning
activity menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar.
c.
Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar
(organization of learning experiences) Pengorganisasi atau disain kurikulum
diperlukan untuk memudahkan anak didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian
kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni: tentang
teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan kebutuhan
masyarakat.
d.
Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum Langkah terakhir
dalam pengembangan kurikulum adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan
memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam
pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan
, sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan
keputusan. Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset.
Tipe-tipe evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk. Sedagkan
tipe-tipe riset adalah aksi, deskripsi, historikal, dan eksperimental. Di sisi
lain perencana kurikulum menggunakan evaluasi formatif (proses atau progres)
dan evaluasi sumatif (outcome atau produk).
Langkah-Langkah dalam Pengembangan
Kurikulum Sekolah
Agar
usaha pengembangan kurikulum di sekolah dapat berhasil baik, maka perlu
diperhatikan langkah-langkah pengembangan kurikulum di sekolah. Langkah-langkah
itu mencakup melakukan penilaian umum tentang sekolah, seperti: dalam hal apa
sekolah itu lebih baik atau lebih rendah mutunya daripada sekolah lain;
kesenjangan apa yang terjadi antara kenyataan dengan apa yang diharapkan
berbagai pihak; serta sumber-sumber apa yang tersedia atau tidak tersedia.
Kalau kita rinci dapat kita sajikan sebagai berikut :

Penjelasan.
a. Selidiki
berbagai kebutuhan sekolah, antara lain kebutuhan siswa, kebutuhan guru, dan
kebutuhan akan perubahan dan perbaikan.
b. Mengidentifikasi
masalah serta merumuskannya, yang timbul berdasarkan studi tentang berbagai
kebutuhan yang tersebut di atas, lalu memilih salah satu yang dianggap paling
mendesak diatasi.
c. Mengajukan
saran perbaikan, yang dapat didiskusikan bersama, apakah sesuai dengan tuntutan
kurikuium yang berlaku, menilai maknanya bagi pengembangan sekolah, dan
menjelaskan makna serta implikasinya.
d. Menyiapkan
desain perencanaan yang mencakup tujuan, cara mengevaluasi, menentukan bahan
pelajaran, metode penyampaian, percobaan, penilaian, balikan, perbaikan,
pelaksanaan, dan seterusnya.
e. Memilih
anggota panitia, sedapat mungkin sesuai dengan kompetensi masingmasing.
f. Mengawasi
pekerjaan panitia, biasanya oleh kepala sekolah. \
g. Melaksanakan
hasil kerja panitia oleh guru dalam kelas. Karena pekerjaan ini tidak mudah,
kepala sekolah hendaknya senantiasa menunjukkan penghargaannya terhadap
pekerjaan semua pihak yang terlibat dalam usaha pengembangan kurikulum.
h. Menerapkan
cara-cara evaluasi, apakah yang direncanakan itu dapat direalisasikan, karena
apa yang indah di atas kertas belum tentu dapat diwujudkan.
i.
Memantapkan perbaikan, bila ternyata
usaha itu berhasil baik dan dijadikan pedoman selanjutnya.
Pada taraf permulaan
hendaknya diambil suatu proyek yang sederhana, yang memungkinkan untuk
dapat dilaksanakan dengan baik. Ketidakberhasilan akan menimbulkan kekecewaan
dan keengganan untuk mengadakan pengembangan di masa mendatang. Jadi, jangan
didesak melakukannya dengan tergesa-gesa. Ada pengembangan kurikulum yang fundamental
yang memakan waktu puluhan tahun. Perubahan kurikulum senantiasa melibatkan
perubahan manusia yang melaksanakannya. Agar kurikulum berubah, maka guru
sendiri harus berubah dan didorong untuk berubah
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda