Telaah Kurikulum
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang
SISDIKNAS No.20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya
peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki
pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan
spiritual keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia.
“…Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban umum….”, itulah potongan kalimat yang terdapat dalam
alinea IV pembukaan UUD 1945. Setiap negara pasti memiliki suatu harapan dan
tujuan terutama dalam aspek pendidikan. Begitu pula dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945 dan
dikuatkan melalui potongan dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki suatu
tujuan dan harapan dari segi pendidikan yang sangat besar. Hal ini semata-mata
untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas, berkompeten dan
berkemampuan dalam menjalani kehidupan yang semakin lama semakin maju dengan
pengaruh teknologi dan globalisasi yang semakin berkembang. Dengan pendidikan
yang baik, masyarakat Indonesia tidak
akan merasa tertinggal dari negara-negara lain yang tentunya memiliki kualitas
pendidikan yang jauh lebih berkualitas di bandingkan negara kita Indonesia.
Akan tetapi, dengan melihat kualitas pendidikan
Indonesia saat ini, sulit rasanya untuk menciptakan kualitas pendidikan yang
sangat baik di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek yang dapat
mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia yaitu kurangnya kemampuan
pendidik yang bersertifikasi dan berkompeten, sarana dan prasarana yang tidak
merata, serta ketidak sesuaian kurikulum yang di terapkan. Hal seperti itu
menjadikan Indonesia berada di peringkat 121 dari 185 negara di dunia dengan
kualitas pendidikan yang buruk pada tahun 2013 versi UNESCO. Sebelumnya,
indonesia menempati posisi ke 69 dari 127 negara pada tahun 2012, dan posisi ke
64 dari 130 negara pada tahun 2013. Seperti yang kita lihat, dalam satu tahun
terakhir Indonesia terjun dalam peringkat kualitas pendidikan dalam peringakat
dunia.
Selain di lihat dalam tingkatan nasional, kami dapat
melihat potret pendidikan dalam ruang lingkup provinsi di Banten, lebih
tepatnya kami melakukan suatu pengamatan atau observasi di salah satu tempat di
kabupaten Tangerang, Banten. kami melakukan pengamatan terkait problematika
perubahan kurikulum yang mempengaruhi proses belajar mengajar di SDN Balaraja
1. Dengan di adakannya pengamatan atau observasi ini, kami dapat mengetahui
proses belajar mengajar dengan perubahan kurikulum yang berlaku saat ini.
Seperti yang kita ketahui, 2 tahun belakangan ini Indonesia telah mengalami
perubahan kurikulum sebanyak 2 kali. Yaitu berlakunya Kurikulum 2013 pada tahun
2013 dan berlakunya kembali Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2015
ini.
Dengan ketidakpastian kurikulum, suatu lembaga
pendidikan seperti sekolah adalah korban dari kurikulum yang silih berganti
dalam kurun waktu yang singkat. Hal tersebut di karenakan persiapan Kurikulum
2013 yang kurang matang dan disertai sosialisasi kurikulum yang tidak merata,
pihak sekolah terkesan tergesa-gesa dan masih meraba-raba dalam penerapan
Kurikulum 2013.
Akan tetapi, berdasarkan tempat dimana kami
melakukan pengamatan atau observasi mengenai problematika perubahan kurikulum
yang berpengaruh pada proses pembelajaran di SDN Balaraja 1. SDN Balaraja 1 ini
merupakan salah satu SD yang menjadi SD sasaran untuk Kurikulum 2013 di
Kabupaten Tangerang dari 26 SD lainnya. Artinya, pada saat penerapan Kurikulum
2013, SDN Balaraja 1 tidak merasa terkejut seperti halnya sekolah-sekolah dasar
pada umumnya. Karena SDN Balaraja 1 ini telah memperoleh berbagai hal dalam sosialisasi
maupun pelatihan bagi pendidik yang
sangat cukup untuk Kurikulum 2013 ini baik dari segi pembelajaran, materi, bahan
ajar, pendekatan, metode, dan model yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Menurut salah satu pendidik yang kami wawancarai,
peserta didik pun merasa nyaman meskipun pada awalnya mereka merasakan
mengalami perubahan kurikulum yang di terapkan. Akan tetapi dengan sosialisasi
dari pendidik ke peserta didik yang optimal, peserta didik tidak merasakan
perubahan yang berlebihan. Bahkan mereka terkesan nyaman dan senang dengan
adanya Kurikulum 2013 ini, karena mereka merasa lebih aktiv untuk bebas berekpresi
dalam penyampaian suatu pembelajaran. Selain dapat bebas berekspresi, mereka
juga dapat melihat peristiwa yang nyata dari sebuah teori yang ada di sebuah
buku, hal ini di karenakan tujuan Kurikulum 2013 yang menekankan agar peserta
didik lebih memahami peristiwa yang nyata dari sebuah teori dalam materi yang
di ajarkan. Sebagai contoh : apabila pembelajaran yang di ajarkan bertemakan
lingkungan, maka peserta didik di ajak ke lingkungan sekitar untuk mengamati
peristiwa apa saja yang terjadi di dalam lingkungan tersebut. Dengan begitu,
peserta didik akan merasa lebih mudah dalam penerimaan suatu materi yang di
ajarakan oleh pendidik, karena mereka ikut dan mengetahui secara langsung
kejadian yang sebenarnya.
Pendidik juga berpendapat, dengan adanya Kurikulum
2013 ini guru tidak perlu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan utuh. Karena sebagian isi dari RPP tersebut telah terdapat dalam buku
tematik untuk guru.
Akan tetapi, meskipun SDN Balaraja 1 ini merupakan
SD sasaran Kurikulum 2013 di Kabupaten Tangerang. Hal ini bukan berarti tanpa
suatu hambatan dan masalah, ada beberapa hambatan dan masalah yang di hadapi
dalam penerapan Kurikulum ini yaitu : sumber pembelajaran berupa buku yang
kurang memadai. Dalam penerapan Kurikulum 2013 ini Hampir seluruh Sekolah Dasar
khususnya di Provinsi Banten memiliki hambatan dan masalah dari segi sumber
pembelajaran yanag di gunakan yaitu Buku tematik. Hal ini di karenakan
terlambatnya penyaluran buku dari Dinas pendidikan pusat ke lembaga pendidikan khususnya
yang berada di daerah. Hal tersebut menjadi masalah yang sangat besar karena
buku adalah alat yang di gunakan sebagai panduan dan sumber ajar yang di
gunakan dalam proses belajar mengajar.
Dengan proses pembelajaran yang tematik, yaitu
pembelajaran yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran dalam satu
tema. Waktu yang di alokasikan tidak cukup untuk menyelesaikan satu tema dalam
satu pembelajaran. Hal ini akan menimbulkan proses belajar mengajar yang tidak
optimal. Sehingga peserta didik tidak dapat menerima suatu materi secara utuh
apabila waktu yang di alokasikan tersebut tidak mampu untuk menyelesaikan satu
tema dalam satu pembelajaran.
Ketika SDN Balaraja 1 merasa nyaman dengan penerapan
kurikulum 2013 tersebut, pemerintah memutuskan berlakunya kembali Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam penerapan kurikulum di lembaga sekolah.
Hal ini jelas menimbulkan pro dan kontra di berbagai pihak sekolah terutama
sekolah yang sudah melakukan Kurikulum 2013 dengan baik. Meskipun pemerintah
membolehkan pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah yang telah terlanjur
menerapkan Kurikulum 2013 sebagai kurikulum sekolah, akan tetapi di SDN
Balaraja 1 yang merupakan SD sasaran untuk Kurikulum 2013, akhirnya SDN
Balaraja 1 ini mengganti kembali kurikulum setelah penerapan Kurikulum 2013
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum sekolah.
Hal tersebut menimbulkan kebingungan bagi pendidik dan peserta didik yang telah
terbiasa dengan pembelajaran menggunakan Kurikulum 2013.
Di sisi lain, sebagian pendidik merasa senang dengan
berlakunya kembali Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karena mereka
tidak lagi merasa kesulitan dengan evaluasi atau penilaian yang berlaku dalam
Kurikulum 2013 yang terkesan rumit. Karena dalam Kurikulum 2013, penilaian di
lakukan dengan mendekskripsikan kemampuan peserta didik per mata pelajaran. Hal
tersebut menjadi suatu masalah tersendiri bagi pendidik karena memakan waktu
yang sangat lama.
Peristiwa dan kejadian di atas seharusnya menjadi pelajaran
bagi pemerintah atau lembaga yang berwenang khususnya dalam pendidikkan, dalam
hal ini pemerintah perlu mengkaji matang-matang apabila memiliki suatu rancana
perubahan kurikulum. Karena kurikulum merupakan jantungnya pendidikan, karena
apabila jantung tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya maka seluruh
proses dalam pembelajaran akan tidak berjalan dengan baik. Dan tidak lupa untuk
mensosialisasikan kepada seluruh lembaga sekolah secara menyeluruh dan merata.
2.
Ruang
Lingkup dan Fokus Masalah
Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dari
periode ke periode. Setiap pergantian pemerintahan, pasti terjadi perubahan
dalam setiap program kerjanya. Begitu pula yang terjadi pada sektor pendidikan,
pada saat menteri pendidikan berganti maka berganti pulalah suatu komponen
pendidikan yaitu Kurikulum. Pada tahun 2013 pemerintah mencanangkan penerapan
suatu kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
perencanaan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh pada era pemerintahan
Susilo Bambang Yudhoyono. Munculnya penerapan Kurikulum 2013 tersebut
menimbulkan berbagai Pro dan Kontra di lingkungan pendidikan Indonesia. Hal
tersebut di karenakan minimya persiapan dari sebuah Kurikulum 2013, yang mana
kurikulum tersebut berbasis tematik. Hal ini menjadi masalah besar bagi sekolah
yang belum mampu melaksanakan Kurikulum 2013 tersebut, khususnya lembaga
sekolah yang berada di pedalaman-pedalaman negeri. Selain lembaga tersebut
belum siap dengan penerapan kurikulum, sosialisasi yang minim kepada pendidik
juga menjadi masalah yang patut untuk di selesaikan. Karena dengan pembelajaran
yang berbasis tematik, pendidik akan merubah baik dari segi metode, model, dan
strategi yang di gunakan dalam pembelajarannya. Apalagi bagi pendidik senior
yang selama ini telah terbiasa dengan penggunaan pembelajaran yang sebagian
besar menggunakan metode ceramah. Hal ini menjadi hambatan pembelajaran
tersendiri bagi pendidik apabila tidak mengikuti pelatihan khusus mengenai
penerapan Kurikulum baru ini.
Kurikulum 2013 yang di terapkan di tingkat Sekolah
dasar pendekatan pembelajarannya menggunakan Tematik Integratif. Dalam hal ini
mata pelajaran yang sebelumnya berjumlah 10 amata pelajaran, akan di kerucutkan
menjadi 6 mata pelajaran. Hal ini ihwal berkurangnya jumlah mata pelajaran ini
disebabkan agar mata pelajaran IPA dan IPS tidak lagi berdiri sendiri, namun
bersatu atau berintegrasi dengan mata pelajaran wajib lainnya. Pelajaran
wajib lainnya itu seperti Bahasa Indonesia, Agama, Matematika, PPKn,
Seni Budaya, serta Penjaskes. Dengan
menggunakan pendekatan tematik integratif, siswa SD akan belajar sesuai dengan tema yang dipilih oleh
gurunya secara teratur tiap minggu. Dari Tema tersebutlah maka akan menjadi
penggerak mata pelajaran yang lain. Misalnya guru memilih tema Sungai, maka
siswa dapat diajak bercerita tentang sungai dalam bentuk tulisan, itu masuk
Bahasa Indonesia. Setelah itu, diterangkan bahwa sungai tidak boleh dicemari
karena dapat merugikan masyarakat, keterangan tersebut dapat termasuk ke
dalam PPKn. Guru yang kompeten
dan kreatif akan sangat dibutuhkan pada Pendekatan kurikulum untuk pendidikan dasar ini. Guru nantinya
akan diberi buku panduan untuk dapat
memilih tema dan mengembangkan tema tersebut untuk disampaikan kepada siswa.
Siswa juga akan sesekali diajak keluar kelas untuk observasi langsung terkait
tema yang dipilih. Melihat kegiatan belajar mengajar tersebut, maka lingkungan
alam bebas di luar juga dapat dijadikan sebuah laboratorium. Dengan ini,
kompetensi lulusannya juga akan berubah lebih baik.
Pada akhir tahun 2014, kurikulum yang di canangkan
oleh Menteri pendidikan dan Kebudayaan pada era Susilo Bambang Yudhoyono yaitu
Kurikulum 2013 akhirnya di berhentikan penerapannya bersamaan dengan
bergantinya pemerintahan di Indonesia. Permendikbud
Nomor 160 Tahun 2014 Tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum
2013 salah satu isi pasalnya adalah bahwa Satuan pendidikan dasar dan
pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013 sejak semester pertama
tahun pelajaran 2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum Tahun 2006
KTSP
mulai
semester kedua tahun pelajaran 2014/2015 sampai ada ketetapan dari Kementerian
untuk melaksanakan Kurikulum 2013.
Permendikbud tertanggal 11 Desember 2014 itu tersebut adalah mengatur kebijakan penghentian implementasi Kurikulum 2013 dan pengembalian penerapan Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP) lagi.
Permendikbud tertanggal 11 Desember 2014 itu tersebut adalah mengatur kebijakan penghentian implementasi Kurikulum 2013 dan pengembalian penerapan Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP) lagi.
Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan mengatakan Pemberlakuan Kurikulum 2013 secara terbatas hanya di
6.221 unit sekolah, disebabkan karena para guru belum siap. Akan tetapi
pemerintah membolehkan pihak atau lembaga sekolah yang telah menggunakan
Kurikulum 2013 dengan lancar, lembega tersebut dapat melanjutkan penerapan
Kurikulum 2013 tersebut tanpa menunggu tahun 2020.
Dengan adanya peristiwa seperti ini, sistem
pendidikan di Indonesia terkesan tidak memiliki kekonsistenan dari segi
Kurikulum. Hal ini akan menjadi sistem Pendidikan di Indonesia akan semakin
terpuruk. Dengan adanya Kurikulum baru, Pemerintah mungkin mengahrapkan suatu
pencapaian pendidikan nasional yang lebih baik dari sebelumya. Akan tetapi
dengan perancangan Kurikulum yang terkesan tergesa-gesa seperti halnya
Kurikulum 2013 ini malah akan menjadikan sistem Pendidikan di Indonesia semakin
terpuruk di bandingkan negara-negara lainnya.
Seharusnya pemerintah tidak boleh berfokus pada
Kurikulum saja, akan tetapi jika pemerintah membenahi sistem pendidikan dari
sektor lain seperti memperbaiki kualitas Sumber daya Manusia (Pendidik), kami
yakin sistem pendidikan di Indonesia akan lebih baik. Karena pendidik merupakan
aktor utama dalam sebuah pendidikan. Dengan kinerja yang baik dan berkompeten,
Indonesia tidak perlu ragu kepada generasi-generasi yang akan datang. Karena di
tangan pendidik yang memiliki kemampuan dan berkompeten, generasi yang di
ciptakan pun adalah generasi yang berkualitas.
3.
Tujuan
Sebagai Calon Pendidik, dengan di adakannya
observasi mengenai Problematika Perombakan Kurikulum terhadap Proses
Pembelajaran di SDN Balaraja 1 ini memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut
:
a. Untuk
mengetahui potret/gambaran langsung proses kegiatan belajar mengajar di SDN
Balaraja 1 yang menjadi salah satu sekolah dasar favorit di Kabupaten
Tangerang, Banten.
b. Untuk
mengetahui masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar dari penerapan
Kurikulum 2013 hingga di berlakukannya kembali Kurikulum 2006 (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP) di SDN Balaraja 1 Kabupaten Tangerang.
c. Untuk
mengetahui solusi apa yang diterapkan pihak sekolah SDN Balaraja 1 Kabupaten
Tangerang dari masalah yang timbul.
d. Untuk
mengetahui kualitas Tenaga Pendidik, Pendidik dan Peserta didik dalam proses
belajar mengajar yang di terapkan.
e. Untuk
mengetahui Sistematika dan Program yang di terapkan oleh Tenaga Pendidik di SDN
Balaraja 1 Kabupaten Tangerang.
4.
Manfaat
Manfaat yang dapat kita peroleh sebagai Calon
Pendidik terkait di adakannya Observasi atau Pengamatan di SDN Balaraja 1 ini
adalah sebagai berikut :
a. Kita
dapat mengetahui potret/gambaran langsung proses kegiatan belajar mengajar di
SDN Balaraja 1 yang menjadi salah satu sekolah dasar favorit di Kabupaten
Tangerang, Banten.
b. Kita
dapat mengetahui masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar dari
penerapan Kurikulum 2013 hingga di berlakukannya kembali Kurikulum 2006
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP) di SDN Balaraja 1 Kabupaten
Tangerang.
c. Kita
dapat mengetahui solusi apa yang diterapkan pihak sekolah SDN Balaraja 1
Kabupaten Tangerang dari masalah yang timbul.
d. Kita
dapat mengetahui kualitas Tenaga Pendidik, Pendidik dan Peserta didik dalam
proses belajar mengajar yang di terapkan.
e. Kita
dapat mengetahui Sistematika dan Program yang di terapkan oleh Tenaga Pendidik
di SDN Balaraja 1 Kabupaten Tangerang.
5.
Sistematika
Penulisan
A. Pendahuluan
1. Latar
Belakang Masalah
Latar belakang masalah
dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah informasi yang tersusun
sistematis berkenaan dengan fenomena dan masalah problematika yang menarik
untuk di teliti.
2. Ruang
lingkup dan Fokus Masalah
Ruang lingkup dan fokus
masalah dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah pembatasan variabel yang
di gunakan berapa banyak subjek yang akan di teliti, luas lokasi penelitian,
materi yang di kaji dan sebagainya.
3. Tujuan
Tujuan dalam sebuah
pengamatan atau observasi adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya hasil,
sesuatu yang di peroleh setelah penelitian selesai, sesuatu yang akan di
capai/di tuju dalam sebuah penelitian.
4. Manfaat
Penelitian
manfaat penelitian
dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah untuk menyelidiki keadaan, alasan
maupun konsekuensi terhadap keadaan tertentu.
5. Sistematika
Penulisan Laporan
Sistematika penulisan
laporan dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah suatu penjabaran secara
deskriptif tentang hal-hal yang akan di tulis secara garis besar yang terdiri
dari : Pendahuluan, Landasan teori, Metode penelitian.
B. Landasan
Teori
1.
Landasan Teologis
Landasan
teologis dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah aktifitas berfikir yang
berkaitan dengan persoalan metodelogi.
2.
Landasan Filosofis
Landasan
filosofis dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah landasan yang berkaitan
dengan makna atau hakekat pendidikan, landasan yang berusaha menelaah
masalah-masalah pokok dalam pendidikan.
3.
Landasan Teori dan Konsep
Landasan
teori dan konsep dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah mengumpulkan
segala informasi dari refrensi, literatur yang sesuai dengan topik dan
menggunakan media internet sebagai bahan refrensi tambahan.
C.
Metode Penelitian
1.
Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendektan
dan metode penelitian dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah untuk menjawab
perumusan masalah penelitian yang sudah di tetapkan, peneliti memilih
pendekatan yang sudah di tetapkan.
2.
Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi
dan subjek penelitian dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah tempat yang
akan di jadikan subjek dalam sebuah penelitian.
3.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah suatu kegiatan
yang di lakukan peneliti untuk mendapatkan sebuah bahan kasus yang di inginkan
dari tempat yang telah di pilih. Teknik tersebut biasanya berupa : Wawancara,
angket, dan lain sebagainya.
4.
Teknik Pengelolaan Data
Teknik
pengelolaan data dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah manipulasi data
ke dalam bentuk yang lebih berarti berupa informasi, sedangkan informasi adalah
hasil dari kegiatan-kegiatan pengelolaan data yang memberikan bentuk yang lebih
berarti dari suatu kegiatan/peristiwa.
5.
Waktu dan Tahapan Penelitian
Waktu
dan tahapan penelitian dalam sebuah pengamatan atau observasi adalah kejadian
berlangsungnya sebuah kegiatan pengamatan atau observasi yang di lakukan di
tempat yang telah di tentukan, biasanya berupa : hari, tanggal, jam, tempat
kegiatan, dan lain-lain. Sedangkan tahap penelitian adalah suatu proses atau
langkah-langkah untuk menuju sebuah kegiatan pengamatan atau observasi.
B.
LANDASAN
TEORI/PENELITIAN
1.
Landasan
Teologis
Dalam Undang-Undang
sistem pendidikan Nasional (UU RI No.20 tahun 2003, Pasal 1) dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan
negara.
Ki
Hajar Dewantoro mengatakan
bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti
(kekuatan batin, karakter), fikiran (intellect) dan dan tumbuh anak yang antara
satu dan lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup,
yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras.
Saat ini, pemerintah
Indonesia khususnya Menteri Pendidikan di sibukkan dengan penyempurnaan
Komponen pendidikan berupa Kurikulum, hal ini di sebabkan oleh silih
bergantinya kurikulum dalam kurun waktu yang tidak lama. Sehingga
komponen-komponen lainnya yang ada di dalam pendidikan menjadi terabaikan
karena pemerintah hanya memfokuskan masalah sistem pendidikan di Indonesia pada
sebuah Kurikulum.
”Dan
(Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman :
13). Sebagai mayoritas umat
muslim di negeri ini, pemerintah seharusnya belajar dari kutipan ayat Al-qur’an
di atas (QS. Luqman ayat 13). Ayat tersebut menggambarkan sehebat apapun
kurikulum yang di bentuk, kita tidak boleh meninggalkan suatu kompetensi mutlak
yang harus dimiliki oleh setiap manusia yaitu dengan menanamkan pendidikan
karakter, aqidah dan akhlak yang baik. Sepintar dan secerdas apapun kita sebagi
manusia yang berada di muka bumi ini, apabila kita tidak memiliki karakter,
aqidah dan akhlak yang baik, semua ilmu tersebut akan sia-sia.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep
moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan
perilaku moral (moral behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat
dinyatakan bahwa karakter yang baik di dukung oleh pengetahuan tentang
kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.
Dengan demikian, pemerintah perlu mengkaji ulang
dalam pembentukan sebuah kurikulum apabila kurikulum tersebut bertujuan untuk
menciptakan generasi-generasi/penerus bangsa yang hebatdan profesional, yaitu
dengan di ikutsertakannya pendidikan karakter pada setiap aspek
pembelajarannya. Karena, kurikulum bukanlah sebuah proyek bisnis akan tetapi
kurikulum adalah jantung dari sebuah sistem pendidikan.
2. Landasan Filosofis
Dari masalah yang kita
temui sekarang ini dalam sistem pendidikan nasional adalah ketidak konsistenan
pemerintah dalam kurikulum yang di terapkan. Hal seperti ini akan membuat
sistem pendidikan di Indonesia berubah-ubah dengan ketidakpastian kurikulum.
Bayangkan saja, pendidikan di Indonesia sekarang ini menganut 2 kurikulum yang
berbeda, yaitu kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan/KTSP). Meskipun pemerintah telah mengeluarkan UU terkait berlakunya
kembali Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), namun pemerintah juga
mengizinkan kepada lembaga sekolah untuk melanjutkan program Kurikulum 2013
yang telah berjalan dengan baik. Hal tersebut menjadikan ketidakpaduan
Kurikulum yang di terapkan pada masing-masing lembaga sekolah.
Dalam perencanaan
kurikulum, pemerintah sehendaknya berfikir logis dan teoritis dengan mengaitkan
hal ini dengan aliran-aliran filsafat pendidikan yang ada, salah satunya adalah
aliran Progresifisme. Aliran ini memandang segala
sesuatu berasaskan fleksibilitas, dinamika, dan sifat-sifat lain yang sejenis.
Tercermin dalam pandangannya mengenai kurikulum yaitu sebagai pengalaman yang
edukatif bersifat eksperimental adanya rencana dan susunan yang teratur. Dari
sifatnya yang fleksibel dan dinamis maka suatu strategi akan mudah untuk di
lakukan. Begitu pula dengan sebuah kurikulum, kurikulum yang baik adalah
kurikulum yang di bentuk dengan melihat keadaan dari sistem pendidikan itu
sendiri. Dengan begitu, kurikulum yang di buat tidak terkesan sebuah proyek
bisnis bagi oknum yang hanya mementingkan hasil bukan proses.
3.
Landasan
Teori dan Konsep
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah “proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh
guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan pengetahuan
baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Bertolak
dari pengertian pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran
yakni seperangkat peristiwa yang dapat mempengaruhi objek didik sedemikian rupa
sehingga proses belajar mengajar dapat terjadi (Gagne, 1988), Sunaryo
(1989: 67) mengatakan bahwa “guru perlu memiliki kemampuan membuat perencanaan
pembelajaran berupa desain pembelajaran”. Desain yang dirancang oleh guru
diarahkan agar siswa sebagai peserta didik dapat mencapai tingkat belajar yang
seoptimal mungkin yang ditandai dengan tercapainya prestasi belajar siswa.
Suatu tujuan pembelajaran akan tercapai apabila
dalam proses pembelajarannya menggunakan metode yang tepat. Metode yang di
gunakan biasanya di sesuaikan dengan materi yang akan di ajarkan. Guru yang
cerdas adalah guru yang mampu menyesuaikan metode pembelajaran dari materi yang
satu dengan materi yang lainnya. Menurut salah satu pendidik SDN Balaraja 1
yang kami wawancarai, jenis kurikulum apapun yang di gunakan pasti tidak
terlepas dari metode ceramah. Metode ceramah merupakan metode yang paling
banyak di gunakan sebagai metode dalam sebuah pembelajaran. Tanpa metode
ceramah, suatu proses belajar mengajar berlangsung satu arah saja antara
pendidik dan peserta didik.
Selain metode, pendekatan dalam pembelajaran juga
tidak kalah penting. Pendekataan yang dilakukan di SDN Balaraja 1 khususnya di
kelas 2 menggunakan pendekatan saintific. Sama halnya seperti metode, suatu
pendekatan juga di sesuaikan dengan materi dan kurikulum yang
berlaku/diterapkan. Dengan di terapkannya pendekatan saintific, peserta didik
di ajak untuk mengamati secara langsung peristiwa yang terjadi sesuai dengan
materi yang sedang di pelajari, dengan begitu peserta didik akan merasa mudah
dalam penerimaan suatu materi. Dalam pendekatan ini pula, peserta didik dapat
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Dengan begitu,
peserta didik akan lebih aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan suatu
pembelajaran akan tercapai karena komunikasi yang terjadi berlangsung 2 arah
dalam proses pembelajaran.
C.
METODE
PENELITIAN
1.
Pendekatan
dan Metode Penelitian
Pendekatan yang kami lakukan dalam kegiatan
pengamatan atau observasi ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang di tunjukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas, sosial,
pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Pendekatan penelitian
kualitatif di sebut juga dengan pendekatan penelitian naturalistic karena penelitiannya
di lakukan pada objek yang alamiah yaitu objek yang alamiah yaitu objek yang
berkembang apa adanya, tidak di manipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti
tidak mempengaruhi dinamika tersebut. Istilah naturalistik menunjukan bahwa
pelaksanaan penelitian terjadi secara alamiah, apa adanya dalam situasi normal
dan menekankan pada deskripsi secara alami. Pendekatan naturalistik
(kualitatif) adalah pendekatan penelitian yang dalam menjawab permasalahan,
memerlukan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh mengenai objek yang di
teliti guna menghasilkan kesimpulan dalam konteks waktu dan situasi yang
bersangkutan. Data di himpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi
dalam konteks yang mendetail di sertai catatan hasil wawancara yang mendalam,
serta hasil analisis dokumen.
Penelitian kualitatif memiliki dua tujuan utama
dalam pelaksanaannya, yaitu :
a.
Menggambarkan dan mengungkap (to
describe and explore)
b.
Menggambarkan dan menjelaskan (to
describe and explain)
Dalam
penggunaan pendekatan ini, hasil penelitian adalah deskripsi interpretasi yang
mana peneliti berusaha menjelaskan dan mendeskripsikan setiap objek yang di
telitinya bersifat tentative dalam konteks waktu dan situasi tertentu.
Kebenaran hasil penelitian sebagian besar di dukung melalui kepercayaan
berdasarkan konfirmasi dengan pihak-pihak yang di teliti.
2.
Lokasi
dan Subjek Penelitian
Waktu dan tempat di laksanakannya pengamatan
mengenai Problematika perombakan Kurikulum yang mempengaruhi pembelajaran di
laksanakan pada :
Hari :
Senin
Tanggal : 27 April 2015
Waktu :
Pukul 08.00 s.d 12.00 WIB
Lokasi atau tempat yang pengamatan
di laksanakannya pengamatan mengenai Problematika perombakan kurikulum yang
mempenggaruhi pembelajaran di laksanakan di :
Nama Sekolah :
SD Negeri Balaraja 1
Status Sekolah :
Negeri
Tahun Pendirian : 1948
Nomor Statistik Sekolah : 101280313002
NSPN :
20604549
Alamat Sekolah : Jl.Raya Serang Km.24 Balaraja
Tangerang
Kecamatan :
Balaraja
Kota/Kabupaten : Tangerang
Provinsi : Banten
Mulai Beroperasi : Tahun 1948
Kode Pos : 15610
3.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam melakukan observasi atau pengamatan ini, ada
beberapa teknik dalam pengumpulan data diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi
adalah suatu kegiatan pengamatan yang di lakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang di suatu tempat atau lembaga tertentu yang bertujuan untuk memperoleh
data dan informasi mengenai suatu masalah yang telah di tentukan.
b. Wawancara/Interview
Wawancara/interview
adalah suatu kegiatan tanya jawab yang di lakukan oleh dua orang atau lebih
untuk mengetahui suatu hal yang menjadi pokok bahasan. Sedangkan, dengan di
adakannya kegiatan observasi atau penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh perombakan kurikulum terhadap proses belajar mengajar khususnya di SDN
Balaraja 1 ini.
Dengan
menggunakan teknik wawancara ini, kami dapat mengetahui pengaruh perombakan
kurikulum terhadap proses belajar mengajar di SDN Balaraja 1 ini melalui salah
satu pendidik di SD tersebut yang sekaligus menjadi Narasumber saya dalam
melakukan observasi atau pengamatan ini.
c. Angket
Angket
adalah kumpulan pertanyaan yang telah tersusun rapih yang di persiapkan oleh
seseorang atau sekelompok orang yang di sebut peneliti dengan maksud memperoleh
data dan informasi berdasarkan masalah yang ingin di teliti.
d. Dokumentasi
Dokumentasi
adalah suatu kegiatan yang di dalamnya berisi kumpulan kegiatan-kegiatan elama
melakukan penelitian atau observasi yang dapat berbentuk foto, lampiran yang
berisi data-data yang di inginkan, rekaman, dan hasil wawancara.
4.
Teknik
Pengelolaan Data
Dalam kegiatan observasi atau pengamatan ini, kami
menggunakan pendekatan dan metode kualitatif. Dalam pendekatan dan metode ini,
teknik pengelolaan datanya pun harus berbasis pendekatan dan metode kualitatif.
Di dalam pendekatan kualitatif, terdapat beberapa jenis yaitu penelitian
interaktif dan non interaktif.
a. Interaktif
· Etnografi
Hasil observasi atau
pengamatan yang telah di lakukan bersifat kompheresif, suatu naratif deskriptif
yang bersifat menyeluruh. Artinya dalam mengangkat suatu masalah, kita perlu
mengaitkannya dengan masalah-masalah yang terkait secara umum dan menyeluruh.
· Historis
Observasi atau
pengamatan yang di lakukan berdasarkan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi,
baik yang telah lama terjadi maupun yang baru terjadi. Dalam hal ini, kami
mengangkat peristiwa pergantian kurikulum yang terbilang baru terjadi yang
telah menjadi masalah di kalangan dunia pendidikan.
· Fenomenologis
Observasi atau
pengamatan ini bertujuan untuk mencari atau menemukan makna dari hal-hal yang
esensial atau mendasar. Penelitian ini di lakukan melalui wawancara mandalam
yang cukup lama dengan partisipan yang bersangkutan.
· Studi
kasus
Studi kasus merupakan
suatu kegiatan observasi atau pengamatan yang di arahkan untuk menghimpun data,
mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus yang di teliti. Artinya dalam
melakukan kegiatan ini, kami mendapatkan data sebagai bukti yang nyata dalam
sebuah kegiatan ini.
· Teori
dasar
Observasi atau
pengamatan ini merupakan studi perbandingan antar kategori, fenomena dan
situasi dari data yang di peroleh dari kajian induktif, deduktif dan
verifikasi.
b. Non
interaktif
Kegiatan
ini di sebut juga dengan penelitian analitis, mengadakan pengkajian berdasarkan
analisis dokumen. Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis dan
mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap
konsep, kejadian, peristiwa yang langsung maupun tidak langsung dapat di
amati.
5.
Waktu
dan Tahapan Penelitian
Waktu dan tempat di laksanakannya pengamatan
mengenai Problematika perombakan Kurikulum yang mempengaruhi pembelajaran di
laksanakan pada :
Hari : Senin
Tanggal : 27 April 2015
Waktu : Pukul 08.00 s.d 12.00 WIB
Selain untuk mengetahui problematika perombakan
kurikulum terhadap proses pembelajaran di SDN Balaraja 1 ini, tujuan lain di
adakannya observasi atau penelitian ini adalah untk memenuhi tugas yang di
berikan oleh Dosen pada Mata Kuliah Telaah Kurikulum yang ada di Pendidikan
Guru Sekolah Dasar di semester 4. Tanpa adanya observasi atau penelitian ini,
kami tidak akan pernah tahu kejadian nyata yang di alami lembaga-lembaga
sekolah terhadap perombakan kurikulum ini terhadap proses belajar mengajar di
sekolah khususnya di SDN Balaraja 1. Seperti tahapan-tahapan pada penelitian sebelumnya,
ada beberapa tahapan yang harus kami lakukan dalam kegiatan observasi atau
pengamatan ini, yaitu :
a. Sebelum
di laksanakannya observasi, dalam satu kelas yang berjumlah 32 orang kami di
bagi menjadi tiga kelompok yang terdiri atas beberapa wilayah kabupaten di
provinsi Banten. Di antaranya kelompok Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang,
Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang.
b. Dalam
kurun waktu 1 bulan, kami harus memperiapkan bahan-bahan yang akan kami jadikan
sebagai bahan observasi atau penelitian baik secara individu maupun secara
kelompok yang berupa susunan pertanyaan, dan naskah yang telah di tugaskan
sebelumnya.
c. Selagi
mempersiapkan bahan yang akan di jadikan sebagai bahan untuk kegiatan
observasi, kami mencari dua sekolah dasar di Kabupaten Tangerang yang memiliki
karakteristik sekolah yang berbeda. Setelah di temukan alamatnya, kami
mensurvei sekolah yang akan kami jadikan sebagai objek observasi.
d. Setelah
semua bahan dan sekolah dasar yang telah kami temukan beres, kami yang
tergabung dalam kelompok Kabupaten Tangerang melakukan observasi pada waktu
yang tercantum di atas.
e. Pada
pukul 07:00 WIB, kami beserta kelompok kumpul dan berangkat dari kampus UNTIRTA
Serang menuju SDN Balaraja 1 menggunakan alat transportasi umum.
f. Kami
beserta kelompok tiba di SDN Balaraja 1 pukul 08:00. Sesampainya di sana kami
di ajak ke ruang Kepala Sekolah terlebih dahulu untuk menjelaskan di adakannya
kegiatan pengamatan atau observasi ini.
g. Kami
memulai proses pengamatan dengan melakukan wawancara kepada narasumber yang
telah di siapkan pihak sekolah kepada kami dan disertai angket yang telah kami
siapkan sebelumnya.
h. Kami
memperoleh banyak informasi melalui kegiatan wawancara ini, dan kami
menuliskannya dalam sebuah tulisan.
i. Setelah
kami selesai melakukan wawancara, kami melakukan pengamatan dengan melihat
keadaan kelas dan membandingkan dengan informasi yang di dapat dari narasumber
melalui kegiatan wawancara tadi.
j. Kami
selesai melakukan pengamatan atau observasi di SDN Balaraja 1 ini dengan memperoleh
banyak spelajaran dan manfaat yang dapat kami ambil terutama bagi kami sebagai
calon pendidik.
k. Pada
pukul 12:00 WIB, kami menghadap kepala sekolah kembali sebagai tanda terimaksih
kami yang telah di iziinkan untuk melakukan kegiatan observasi ini.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda