Kesulitan Belajar
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pembahasan tentang hakikat kesulitan
belajara sangat diperlukan karena dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan
adanya penggunaan istilah tersebut secara keliru. Banyak orang, termasuk
sebagian besar para guru, tidak dapat membedakan antara kesulitan belajar
dengan tuna grahita. Tanpa memahami hakikat kesulitan belajar, akan sulit pula
menentukan jumlah anak berkesulitan belajar sehingga pada gilirannya juga sulit
untuk membuat kebijakan pendidikan bagi mereka. dengan memahami hakikat
kesulitan belajar, jumlah dan klasifikasi mereka dapat ditentukan dan strategi
penanggulangan yang efektif dan efesien dapat dicari. Penyebab kesulitan
belajar juga perlu dipahami karena dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan
usaha-usaha preventif maupun uratif. Oleh karena itu, para calon guru bagi anak
kesulitan belajar perlu dahulu memahami hakikat kesulitan belajar sebelum
melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang pendidikan mereka.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
pengertian dari kesulitan belajar?
2. Apa
saja klasifikasi kesulitan belajar?
3. Apa
penyebab kesulitan belajar?
C. TUJUAN
Ada
4 tujuan yang ingin di capai melalui pembahasaan pada bab ini. Ke empat tujuan
tersebut adalah agar anda dapat:
1. Mendefinisikan
pengertian kesulitan belajar
2. Mengklasifikasikan
kesulitan belajar, dan
3. Menjelaskan
penyebab kesulitan belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Berkesulitan Belajar
Kesulitan
belajar merupakan terjemahan dari istilah bahsa Inggris learning disability.
Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar
dan disability artinya ketidak mampuan; sehingga terjemahan yang benar
seharusnya dalah ketidak mampuan belajar. Istilah kesulitan belajar digunakan
dalam buku ini karena dirasakan lebih optimistic.
Kesulitan
belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan dilapangan ilmu
pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Pada tahun 1963 Samuel A. Krik
untuk pertama kali menyarankan penyatuan nama-nama ganguan anak seperti
disfungsi otak (minimal brain disfungtion), gangguan neurologis (neurplogical disorders), disleksia (dyslexia),
dan afasia perkembangan (development mental aphasia) menjadi suatu nama
kesulitan belajar ( learning disabilities) (Takesi Fujishima et all.,1992:26).
Konsep tersebut telah diadopsi secara luas dan pendekatan edukatif terhadap
kesulitan belajar telaj berkembang secara cepat, terutama dinegara-negara yang
sudah maju.
B. Klasifikasi
Secara garis besar kesulitan
belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, (1) kesulitan belajar yang
berhubungan dengan perkembangan ( development learning disabilities) dan (2)
kesulitan belajar akademik ( academic learning disabilities). Kesulitan belajar
yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi,
kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam
penyesuaian prilaku sosial. Kesulitan belajar akademik menunjukan pada adanya
kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas
yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan
dalam membaca, menulis, dan atau matematika.
Kesuliatan belajar akademik dapat
diketahui oleh guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu
atau beberapa kemampuan akademik. Sebaliknya, kesulitan belajar yang bersifat
perkembangan umumnya sukar diketahui baik orang tua maupun oleh guru karena
tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti dalam hal bidang
akademik. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak
sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan
prasyarat ( Prerequisite Skills), yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih
dahulu agar dapat menguasai bentuk keterampilan berikutnya.
Ø Kesulitan
Belajar Membaca
Kesulitan
belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia). Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani yang
artinya “kesulitan membaca”. Ada nama-nama lain yang menunjuk kesulitan belajar
membaca, yaitu corrective readers and
remedial readers (Hallahan, Kauffman,
& Lloyd, 1985: 202); sedangkan kesulitan belajar membaca yang berat sering
disebut aleksia (alexia) (Lerner,
1981: 295)
Istilah
disleksia banyak digunakan dalam dunia kedokteran dan dikaitkan dengan adanya
gangguan fungsi neurofisiologis. Bryan dan Bryan seperti dikutip oleh Mercer
(1979: 200) mendefinisikan disleksia sebagai suatu sindroma kesulitan dalam
mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala
sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa. Menurut Lerner seperti
dikutip oleh Mercer (1979: 200) definisi kesulitan belajar membaca atau
disleksia sangat bervariasi, tetapi semuanya menunjuk pada adanya gangguan pada
fungsi otak.
Metode
Pengajaran Membaca bagi Anak Berkesulitan Belajar
Metode
Fernald, Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca
multisensoris yang sering dikenal pula sebagai metode VAKT (visual, audiotory, kinesthetic, and tactile).
Metode ini menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata-kata yang
diucapkan oleh anak, dan tiap kata
diajarkan secara utuh. Metode ini memiliki empat tahapan. Tahapan pertama, guru
menulis kata yang hendak dipelajari diatas kertas dengan krayon. Selanjutnya
anak menelusuri tulisan tersebut dengan jarinya (tactile and kinesthetic). Pada saat menelusuri tulisan tersebut,
anak melihat tulisan (visual), dan mengucapkannya dengan keras (auditory). Proses semacam ini
diulang-ulang sehingga anak dapat menulis kata tersebut dengan benar tanpa
melihat contoh. Jika anak telah dapat menulis dan memebaca dengan benar, bahan
bacaan tersebut disimpan. Pada tahapan kedua, anak tidak terlalu lama diminta
menelusuri tulisan-tulisan dengan jari, tetapi mempelajari tulisan guru dengan
melihat guru menulis, sambil mengucapkannya. Anak-anak mempelajari kata-kata
baru pada tahapan ketiga, dengan melihat tulisan yang ditulis di papan tulis
atau tulisan cetak, dan mengucapkan kata tersebut sebelum menulis. Pada tahapan
ini anak mulai membaca tulisan dari buku. Pada tahapan keempat, anak mampu
mengingat kata-kata yang dicetak atau bagian-bagian dari kata yang telah dipelajari.
Ø Kesulitan
Belajar Menulis
Kesulitan
belajar menulis sering disebut juga disgrafia (dysgraphia) (Jordon seperti dikutip oleh Hallahan, Kauffman, Lloyd,
1985: 237). Kesulitan belajar menulis yang berat disebut juga agrafia.
Disgrafia menunjuk pada ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau
symbol-simbol matematika. Disgrafia sering dikaitkan dengan kesulitan belajar
membaca atau disleksia (dyslexia)
karena kedua jenis kesulitan tersebut sesungguhnya saling terkait.
Kesulitan
belajar menulis sering terkait dengan cara anak memegang pensil. Ada empat
macam cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa
anak berkesulitan belajar menulis, yaitu (1) sudut pensil terlalu besar (2)
sudut pensil terlalu kecil, (3) menggenggam pensil (seperti mau meninju), dan
(4) menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret (Hornsby, 1984: 66). Jenis
memegang pensil yang terakhir, menyeret pensil, adalah khas bagi anak kidal.
Pengajaran
Remedial Menulis
a. Menulis
permulaan atau menulis dengan tangan menurut learner (1988:422) mengemukakan
ada 15 macam aktivitas yang dapat
digunakan untuk membantu anak berkesulitan belajar menulis. Berikut beberapa contohnya:
1. Memegang
pensil
Banyak anak
berkesulitan belajar menulis yang menggunakan pensil dengan cara yang tidak
benar. Untuk memegang pensil yang benar, ibu jari dan telunjuk diatas pensil,
sedangkan jari tengah berada dibawah pensil; dan pensil dipegang agak sedikit
diatas bagian diraut.
2. Menjiplak
Buat bentuk atau
tulisan dengan warna hitam tebak diatas kertas yang agak tebal, letakan
diatasnya kertas selembar kertas tipis dan suruh anak menjiplak bentuk atau
tulisan tersebut. latihan juga dapat menggunakan OHP (Overhead Projektora)
3. Titik-titik
Guru membuat dua jenis
huruf, huruf yang utuh dan huruf yang terbuat dari titik-titik. Selanjutnya,
anak diminta untuk menghubungkan titik-titik tersebut menjadi huruf yang utuh.
4. Kertas
dengan garis pembatas
Anak yang mengalami
kesulitan untuk berhenti untuk menulis pada tempat yang telah ditentukan dapat
dibantu dengan menggunakan pembatas berupa karton yang diberi “jendela” atau
dibantu dengan selotip. Jendela pada karton hendaknya disesuaikan dengan tinggi
huruf; huruf a sama tingginya dengan huruf C, E, I,M,N hurtuf B sama tingginya
dengan D,H,K,L. dengan huruf yang memotong garis seperti F,G,J,P
5. Bantuan
verbal
Pada saaat anak sedang
menulis, guru dapat memberikan bantuan dengan mengucapkan petunjuk seperti”
naik”, “turun”, “belok”,Stop”.
Ø Kesulitan
Belajar matematika
Kesulitan belajar
matematika disebut juga diskolkulia (dyscaculis)(Lerner, 1988:430). Istilah
diskolkulia memiliki konotasi medis, yang memandang adanya keterkaitan dengan
sistem syaraf pusat. Kesulitan belajar matematika yang berat oleh Kirk(1962:
10) disebut akalkuliah (acalculia).
Menurut Lerner ada beberapa
karakteristik anak berkesulitan belajar matematika, yaitu :
1. Adanya
gangguan hubungan keruangan
2. Abnormalitas
persepsi visual
3. Asosiasi
visual – motor
4. Perseverasi
5. Kesulitan mengenal dan memahami symbol
6. Gangguan
penghayatan tubuh
7. Kesulitan
dalam bahasa dan membaca
8. Performance
IQ jauh lebih rendah dari pada sekor verbal IQ
Berbagai
aktivitas untuk pengajaran remedial
Aktivitas pengajar
remedial hendaknya mencankup tiga katagori,a. konsep b, keterampilan c,
pemecahan masalah .
1. Pengajaran
konsep matematika
Konsep bentuk dan ukuran dapat diajarkan
melalui permainan memilah. Kepada anak diberikan kepingan papan atau pelastik
yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Untuk menanamkan konsep
bentuk dan ukuran, anak diminta untuk
memilah-milah kepingan-kepingan tersebut berdasarkan bentuk atau ukurannya.
Konsep warna juga dapat dinamakan
melalui permainan ini.
Konsep angka hendaknya diajarkan dengan
cara memperkenalkan angka itu sendiri, jumlah benda yang menunjuk angka, dan
kata yang menunjuk angka tersebut.sebagai berikut :
O O O O O
1 2 3 4 5
Satu dua tiga empat lima
C. Penyebab
Kesulitan Belajar
Prestasi
belajar dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal. Penyebab utama
kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal, yaitu
kemungkinan adanya disfungsi neurologis. Sedangkan penyebab utama problema
belajar ( learning problem) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain
strategis pembelajaran yang keliru, pengolahan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan ( reinforcement)
yang tidak tepat.
Disfungsi
neurologis sering tidak hanya menyebabkan seulitan belajar tetapi juga dapat
menyebabkan tuna grahita dan gangguan emosional. Berbagai faktor yang
menyebabkan disfunsi neurologis yang pada gilirannya dapat menyebabkan
kesulitan belajar anatara lain adalah:
1. Faktor
genetik
2. Luka
pada otal karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen
3. Biokimia
yang hilang ( misalnya biokimia yang diperlukan untuk mengfungsikan syaraf
pusat)
4. Biokimia
yang dapat merusak otak( zat pewarna pada makanan )
5. Pencemaran
lingkungan (misalnya pencemaran timah hitam)
6. Gizi
yang tidak memadai, dan
7. Pengaruh-pengaruh
psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan anak ( detprivasi
lingkungan). dari berbagai penyebab tersebut dapat menimbulkan gangguan dari
tarafnya ringan hingg yang tarafnya berat.
D. Pelayanan
Pengajaran Remedial Bagi Anak berkesulitan Belajar
Pengajaran
remedial (remedial teaching) bertolak dari konsep belajar tuntas ( Mastery
learning), yang ditandai oleh sistem pembelajran yang menggunakan modul.
Pengajaran remedial pada hakikatnya merupakan kewajiban bagi semua guru setelah
mereka melakukan evaluasi formatif dan menemukan adanya anak yang belum mampu
meraih tujuan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Disuatu sekolah
idealnya ada dua jenis guru, guru regular (baik guru kelas maupun guru bidang
study) dan guru remedial yang khusus memberikan pelayanan pengajaran remedial
bagi anak-anak kesulitan belajar.
Sebelum
mengajarkan remedial diberikan, guru lebih dahulu perlu menegakan diagnisi
kesulitan belajar, yaitu menentukan jenis dan kesulitan belajar seta
alternative strategi pengajaran remedial
yang efektif dan efesien. Menurut buku akta mengajar V (1984/1985:40)
ada enam langkah prosedur diagonal yang perlu dilalui,
1. Identifikasi
2. Lokalisasi
letak kesulitan
3. Lokalisasi
penyebab kesulitan
4. Memperkirakan
kemungkinan bantuan
5. Menetapkan
kemungkinan cara mengatasi kesulitan
6. Tindak
lanjut
Menurut
Samuel A. Kirk (1986:265), prosedur diagonis mencakup lima langkah,
1. Menentukan
potensi kapasitas anak
2. Menentukan
tarf kemampuan dalam suatu bidang studi yang
memerlukan pengajaran remedial
3. Menentukan
gejala kegagalan dalam suatu studi
4. Menganalisis
faktor-faktor yang terkait
5. Menyusun
rekomendasi untuk mengajar remedial.
Dari
kedua jenis prosedur tersebut mungkin disintesiskan sehingga langkah-langkah
menjadi ada 7 macam langkah-langkah prosedur yang perlu dilalui :
1. Identifikasi
2. Menentukan
prioritas
3. Menentukan
potensi
4. Menentukan
taraf kemampuan dalam bidang yang perlu diremediasi
5. Menentukan
gelaja kesulitan
6. Menganalisis
faktor-faktor yang terkait
7. Meyusun
rekomendasi untuk pengajaran remedial
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
Kesulitan belajar
merupakan terjemahan dari istilah bahsa Inggris learning disability. Terjemahan
tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability
artinya ketidak mampuan; sehingga terjemahan yang benar seharusnya dalah
ketidak mampuan belajar. Istilah kesulitan belajar digunakan dalam buku ini
karena dirasakan lebih optimistic.
·
Klasifikasi
·
Penyebab Kesulitan
Belajar
·
Pelayanan Pengajaran Remedial
Bagi Anak berkesulitan Belajar
B. Saran
Setiap anak pastinya memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dan juga kesulitan yang berbeda-beda. Sebagai guru,
yang diawasi adalah murid-murid dikelas, haruslah mengawasi dengan benar dan
teliti, jangan hanya mengutamakan anak-anak yang sudah lancar dalam melakukan
segala hal. Guru harus memperhatikan muridnya satu persatu, jika guru hanya
membiarkan dan hanya melihat anak yang telah pandai, jika ternyata ada murid
yang berkesulitan belajar dan guru tak acuh, anak itu akan semakin tertinggal
dari yang lainnya dan kesulitan yang ia hadapi tidak terselesaikan, seperti
berkesulitan belajar yang dimana guru
harus meluangkan waktunya lebih untuk membina anak tersebut agar tidak
tertinggal dengan yang lainnya.
Daftar
pustaka
Abdurrahman,
Mulyono.2003.Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar.Jakarta : Rineka Cipta.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda