Tarian Tradisional Cublak-cublak Suweng
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Di
era globalisasi dan modern ini banyak sekali permainan-permainan yang di
lakukan dengan menggunakan teknologi yang sekarang ini semakin pesat. Sehingga
permainan-permainan khususnya tradisional mulai tergerus oleh kemajuan
teknologi yang ada. Sehingga memudarkan pula rasa nasionalisme anak terhadap
permainan yang dahulu dimainkan oleh nenek moyangnya. Dengan diaplikasikannya
permainan tradisional ini, secara tidak langsung kita ikut serta melestarikan
kebudayaan-kebudayaan yang berupa permainan tradisional ini. Disinilah
pentingnya ilmu seni dan budaya kepada anak-anak untuk meningkatkan rasa
nasionalisme dan kesadaran terhadap diri sendiri bahwa nusantara ini memiliki
banyak sekali permainan-permainan tradisional yang tidak kalah menarik dengan
permainan yang ada pada suatu teknologi tertentu.
2. Rumusan Masalah
a. Berasal
dari manakah tarian tradisional Cublak-cublak suweng ?
b. Apakah
makna yang terkandung dalam nyanyian yang dinyanyikan dalam permainan
Cublak-cublak suweng?
c. Berapakah
jumlah orang yang dapat bermain permainan Cublak-cublak suweng ini?
d. Siapakah
yang memperkenalkan permainan Cublak-cublak suweng tersebut?
3. Tujuan
a. Agar
menumbuhkan rasa kecintaannya terhadap permainan tradisional di Nusantara
b. Untuk menambah wawasan terhadap seni dan budaya
yang ada di Nusantara pada khususnya dalam permainan tradisional
c. Untuk
mengetahui asal mula permainan tradisional Cublak-cublak suweng
d. Untuk
mengetahui makna dan pesan moral yang terkandung dalam permainan tradisional
cublak-cublak suweng
e. Untuk
mengetahui jumlah orang yang yang dapat bermain permainan tradisional
cublak-cublak suweng
BAB
II
PEMBAHASAN
Permainan
Cublak-cublak suweng bersasal dari pulau jawa, khususnya di Jawa tengah dan
timur. Kata Cublak yang artinya wadah,
suwenge berasal dari kata suwung (ruang yang berudara tapi sepi/ sunyi). Permainan
ini diciptakan pertama kali oleh “Wali Songo” terutama Sunan Giri yang berasal
dari jawa. Walisongo memang telah mengajarkan mengenai suatu perjalanan hidup
setiap manusia sehari-hari. Setiap hari kita mencari harta, harta tak hanya
berupa kekayaan bisa berupa ilmu, jabatan, dan setiap pemuas kebutuhan hidup
manusia. Permainan ini diajarkan penyebar Islam di tanah Jawa sehingga pastilah
berlandaskan Islam, untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi
semuanya kembali ke hati nurani.
Permainan Cublak-cublak Suweng biasanya dimainkan
oleh 4 orang anak atau lebih. Sebenarnya 3 orang anak sudah cukup untuk
mewujudkan permainan ini. Namun jika hanya 3 orang, permainan ini akan cepat
selesai dan kurang menantang karena bagian menebak yang menjadi puncak
permainan ini menjadi sangat mudah. Oleh
karena itu dolanan ini lebih seru dimainkan oleh lebih dari 3 orang anak.
Sebuah permainan sederhana namun kaya
makna dan menyenangkan menjadi bagian di dalamnya. Dulu Cublak-cublak Suweng
tak hanya sebuah permainan pengisi waktu libur dan istirahat di sekolah, tapi
juga menjadi sarana
mendidik anak untuk belajar nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, kecermatan
dan kecerdasan. Ketika memainkannya anak-anak termasuk
saya ketika kecil mungkin tidak menyadari kalau saat lagu dinyanyikan dan
permainan dimulai, maka saat itu pula jiwa dan pikiran sedang ditanami dengan
nilai-nilai tersebut.

Permainan dimulai saat semua peran
sudah terpilih. Sang pemimpin akan mengambil sebuah kerikil atau benda lain sebagai
simbol untuk “suweng”. Selanjutnya ketika lagu Cublak-cublak Suweng
dinyanyikan, ia pun akan mengedarkan kerikil itu ke tangan-tangan temannya di
atas punggung Pak Empong.
Cara mengedarkannya pun tidak sembarangan. Kerikil atau suweng diedarkan
dengan agak menekan telapak tangan. Cara seperti inilah bisa membantu Pak
Empong membaca peredaran suweng di atas punggungnya.
Pak Empong diberi beberapa kali kesempatan
untuk menebak di mana suweng disembunyikan dan sepanjang itu pula syair “sir
sir pong dhele kopong” dinyanyikan sambil para pemain menggerak-gerakkan dengan
ringan kedua tangannya. Jika tebakan Pak Empong salah maka ia akan kembali tengkurab dan permainan
diulang lagi. Jika Pak Empong kembali tidak bisa menebak dengan
benar anak-anak akan bersepakat untuk menyudahi tugas Pak Empong dan melakukan
undian baru untuk menentukan Pak Empong beriktunya. Pada akhirnya semua bisa
mendapatkan giliran memainkan peran Pak Empong.
Nyanyian yang biasa
dinyanyikan dalam permainan Cublak-cublak suweng adalah sebagai berikut :
cublak
suweng suwengira,
sigelenter
mambu ketundhung mundhing,
empak
empong lira-liru,
iyeku
swasananta,
mlebu
metu ingaran lira-liru,
ing
suwung kang mengku ana,
mungguh
sajroning ngaurip
(Sunan
Kalijaga)
Biasanya lagu dinyanyikan lebih dari
satu kali hingga suweng beredar beberapa putaran. Setelah dirasa cukup dan
lagu selesai dinyanyikan, suweng akan berhenti diedarkan. Saat itu semua tangan
harus menutup seolah-olah semuanya menggenggam suweng. Pak Empong bangkit dan
memulai tugas utamanya yakni menebak tangan siapakah yang menyembunyikan suweng yang tak lain adalah tangan terakhir
yang mendapatkan suweng ketika lagu selesai dimainkan.
Manfaat Dari permainan ini :
1.
Anak
belajar menyanyi, mencocokkan ritme lagu dengan gerakan tangan, mengenal
bahasa Jawa, melatih motorik halus, belajar mengikuti aturan, latihan kerja
sama dan belajar menyimpan rahasia.
2. Walisongo
memang telah mengajarkan mengenai suatu perjalanan hidup setiap manusia
sehari-hari. Setiap hari kita mencari harta, harta tak hanya berupa kekayaan
bisa berupa ilmu, jabatan, dan setiap pemuas kebutuhan hidup manusia. Permainan
ini diajarkan penyebar Islam di tanah Jawa sehingga pastilah berlandaskan
Islam, untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya butuh
proses dan usaha yang keras.
BAB
III
KESIMPULAN
Permainan
Cublak-cublak suweng bersasal dari pulau jawa, khususnya di Jawa tengah dan
timur. Kata Cublak yang artinya wadah,
suwenge berasal dari kata suwung (ruang yang berudara tapi sepi/ sunyi). Permainan Cublak-cublak Suweng biasanya dimainkan oleh 4 orang anak atau
lebih. Permainan ini diciptakan pertama kali
oleh “Wali Songo” terutama Sunan Giri yang berasal dari jawa. Walisongo memang
telah mengajarkan mengenai suatu perjalanan hidup setiap manusia sehari-hari.
Setiap hari kita mencari harta, harta tak hanya berupa kekayaan bisa berupa
ilmu, jabatan, dan setiap pemuas kebutuhan hidup manusia. Permainan ini
diajarkan penyebar Islam di tanah Jawa sehingga pastilah berlandaskan Islam,
untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke
hati nurani.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda