Kearifan Lokal Di Banten
“KEARIFAN LOKAL DI BANTEN”
Kearifan lokal terdiri dari dua kata,
yakni kearifan (wisdom) yang berarti kebijaksanaan dan lokal (local) berarti
tempat. Kearifan lokal adalah suatu kegiatan atau budaya yang terdapat pada
suatu tempat yang mana masyarakat pada suatu tempat tersebut meyakini dan
melakukan apa yang menjadi hal yang sudah turun-temurun tersebut.
Kearifan lokal pada suatu daerah
tentulah berbeda-beda, hal ini disebabkan karena pada setiap daerah memiliki
kerifan lokal yang berbeda dari daerah satu dengan daerah yang lainnya yang mana
perbedaan ini didasarkan pada latar belakang, suku budaya, dan adat istiadat
yang berbeda-beda pula. Jangankan didaerah lain, terkadang diprovinsi kecil
seperti provinsi banten ini pun memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda. Di dalam
provinsi banten ini terdapat beberapa kota/kabupaten yang ada di dalamnya,
yaitu kota Serang, Cilegon, Pandeglang, Tangerang dan Tangerang Selatan. Serta
kabupaten yang meliputi kabupaten Serang, Pandeglang, Lebak, dan Tengerang. Semua
kota/kabupaten tersebut memiliki kearifan lokal yang berbeda-beda karena pada
keempat kota/kabupaten tersebut masing-masing memiliki suku, bahasa, budaya,
dan adat istiadat yang berbeda-beda pula.
Seperti yang kita ketahui bahwa di
provinsi Banten yang tidak begitu luas ini memiliki sekumpulan kelompok yang
masih memiliki karifan lokal yang sangat kuat. Yaps benar sekali, Badui.

Badui adalah salah satu suku yang masih
memegang teguh akan kebudayaan dan tradisi dari nenek moyang mereka yang hinga
saat ini masih mereka lakukan tanpa sedikitpun mereka ubah. Bagi mereka menjaga
kearifan lokal adalah hal yang sangat mutlak dilakukan karena mereka menganggap
bahwa menjaga kearifan lokal adalah sebagai bentuk syukur mereka terhadap alam
dan lingkungannya. Berdasarkan salah satu situs pemerintahan yang saya baca, Kearifan
lokal yang mereka jaga hingga saat ini ialah dengan cara berladang yang masih
mengandalkan alam dalam proses peladangan mereka, mereka hanya mengandalkan
hujan dalam proses irigasi ladang mereka tanpa membuat suatu sistem irigasi
buatan atau menggunakan air sungai dalam irigasi mereka. Mereka memiliki
larangan tersendiri apabila irigasi buatan di buat dalam sistem perladangan
mereka, mereka juga menganggap bahwa ini adalah salah satu cara untuk
menghargai alam.
Kearifan lokal dikota lain misalnya kota
Cilegon dan Serang ialah ketika sedang memperingati hari besar umat muslim,
contohnya maulid Nabi Muhaammad SAW. Maulid Nabi ialah suatu peringatan dimana
pada bulan Rabbiul Awal diperingati hari/bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW. Di
bulan tersebut masyarakat muslim dikota serang dan cilegon beramai-rami ikut
memeriahkan peringatan tersebut dengan cara ikut Dzikir dan membuat suatu sedekah
yang dibuat secara unik yakni “panjang”.

Panjang ialah suatu benda yang
didalamnya berisi suatu sedekah berupa lauk pauk atau sandang dan pangan atau
bahkan sembako yang di bentuk menyerupai suatu bentuk misalnya masjid, kapal,
pesawat terbang, rumah, binatang besar dan lain-lain. Tidak semua daerah dikota
provinsi banten ini melakukan hal tersebut. Akan tetapi di kota serang dan
cilegon hal ini sungguh tidak asing lagi. Ini juga yang membuat peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi menarik. Kegiatan ini bukan semata-mata untuk
kesenangan atau syarat tertentu saja, akan tetapi ini adalah sebagai bentuk
syukur kami kepada Nabi umat muslim tersebut dengan cara bersedekah. Karena “panjang”
yang kita buat pada akhirnya akan dibagikan keseluruh warga yang membutuhkan
akan isi dari “panjang” itu sendiri. Pembuatan “panjang” dalam peringatan ini
bersifat tidak wajib, artinya siapapun dapat membuat “panjang”. Hal seperti ini
jugalah yang membedakan kota Cilegon/Serang dengan kota-kota lainnya khususnya
di Banten.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda